Prosatu Jakarta – Kira-kira setahun lagi, di Jakarta akan diadakan Pilkada untuk memilih Gubernur-Wakil Gubernur, Partai-partai politik pun sudah mulai melakukan penjaringan kandidat cagub. Berbagai nama tokoh yang ingin menjadi calon gubernur sudah mulai bermunculan
Pilkada DKI 2017 akan menjadi pesta demokrasi yang sekaligus menjadi pasar uang dadakan.
Pilkada DKI Jakarta memang penuh pesona sekaligus fatamorgana. Sukses atau tidaknya dapat kita lihat bagaimana cagub, rakyat, dan pemodal memainkan perannya masing-masing saat dari awal prosesnya. Jika dari awalnya bagus, tentu demokrasi tidak akan cacat, Hal ini di katakan Direktur Pengembangan dan Analisa Politik, Forum Jurnalis Peduli Publik ( FJP2 ), Ahmad Ahyar Minggu (14/2/16).
Ahyar menambahkan, Antara pemimpin, rakyat, pemodal semuanya menjadi pemain bola panas untuk saling mengambil kesempatan. Saling menjual dan saling dijual. Memang banyak kesempatan yang akan diraih dari pesta demokrasi lima tahunan ini. Baik dalam prosesnya dan hasil kemenangannya.
“Di antara beberapa calon yang akan mencalonkan atau dicalonkan, kita mulai dapat membaca, siapa-siapa saja yang bakal merajai laga pertarungan. Kita tidak perlu mendahului takdir dengan meramal-ramal siapa yang bakal menang, karena demokrasi yang baik adalah hasil pertandingan yang fair, Tanpa perlu main sabun untuk mengondisikan pemenangnya” ujar Ahyar
“Di sini, kita melihat parpol-parpol sebagai supermarket yang mendagangkan para calon diperkuat para calo dan para tim sukses mulai menata pertarungan dengan menentukan siapa-siapa saja yang perlu disabung sekaligus diperas”sambungnya
“Begitu juga para bandar yang merupakan para pemodal, yang biasanya dibutuhkan untuk menguatkan TPS-TPS. Dengan mengondisikan panitia dan rakyat yang perlu dibeli”tutupnya (ps)
